Perayaan Sekaten di Yogyakarta
Berkunjung ke Yogyakarta tentunya
menjadi lebih menarik jika kita mendapatkan hari-hari dimana yogyakarta
sedang mempunyai hajat festival yang banyak diadakan di Yogyakarta.
Salah satunya adalah Perayaan Sekaten. Sekaten berasal dari kata Syahadatain yang kemudian diterjemahkan dan disederhanakan oleh lidah Jawa menjadi Sekaten. Sekaten diadakan untuk memperingati hari kelahiran nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 8 Rabiul Awal.
Penanggalan Jawa yang mengikuti tarikh
Islam membuat perayaan ini tidak jatuh di hari yang sama setiap tahunnya
melainkan maju sekitar 11 hari per tahunnya. Di tahun 2013 ini Sekaten
jatuh di Bulan Desember. Upacara ini dulunya dipakai oleh Sultan
Hamengkubuwana I, pendiri keraton Yogyakarta untuk mengundang masyarakat
mengikuti dan memeluk agama Islam.
Dari tahun ke tahun perayaan sekaten
mengalami naik turunnya. Selama lebih dari 250 tahun festival ini
menjadi hiburan bagi rakyat Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhirnya
sekitar 10 tahun yang lalu dikomersilkan oleh pemerintah Yogyakarta
dengan membayar bea masuk. Namun tampaknya di 2013 ini keaslian sekaten
sebagai festival untuk rakyat dikembalikan dengan tidak lagi ada
pungutan bea masuk untuk pengunjungnya.
Sekaten diadakan di Alun-Alun Utara Kota Yogyakarta dan berlangsung selama lebih kurang satu bulan. Puncak peringatan Sekaten
ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang diadakan pada tanggal 12 Rabiul
Awal (Maulud) dimana gerebeg Maulud diarak dan kemudian diperebutkan
oleh rakyat banyak.
Perayaan sekaten ini selain terdapat di
Yogyakarta juga terdapat di Surakarta. Keraton Surakarta juga merayakan
ini setiap tanggal yang sama. Di Yogyakarta, sebelum gerebeg Maulud
diarak keluar keraton beberapa hari sebelumnya upacara diawali dengan
iring-iringan abdi Dalem membawa dua set gamelan yaitu: Kyai Nogowilogo
dan Kyai Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendopo Ponconiti
menuju masjid Agung di alun-alun utara dengan dikawal oleh prajurit
Kraton. Kyai Nogowilogo akan menempati sisi utara dari masjid Agung,
sementara Kyai Gunturmadu akan berada di Pagongan sebelah selatan
masjid. Kedua set gamelan ini akan dimainkan secara bersamaan sampai
dengan tanggal 11 bulan Mulud selama 7 hari berturut-turut. Pada malam
hari terakhir, kedua gamelan ini akan dibawa pulang ke dalam Kraton.
Yang Khas dari Sekaten
Beberapa macam makanan khas Sekaten
muncul di perayaan sekaten ini. Sayang sekali makin hari makin sedikit
bisa kita temukan makanan-makanan khas di Sekaten ini. Beberapa
diantaranya adalah:
1. Jipang Aneka Warna.
Jipang dibuat dari beras yang dibuat
seperti brondong, diberi pewarna dan dimasukkan plastik panjang yang
kemudian dibentuk menjadi bermacam-macam barang seperti sepeda motor,
pesawat dan lain sebagainya. Jipang ini rasanya tawar dan lebih enak
jika dimakan dengan lelehan gula merah. Dulu jipang ini dapat ditemukan
di stand stand martabak atau dengan arumanis. Sekarang makin jarang
ditemukan lagi karena mungkin peminatnya tidak begitu banyak dan
mahalnya harga bahan baku.
2. Sate Gajih
Sate gajih atau sate dari lemak sapi
sampai saat ini masih eksis dan mudah ditemui di Sekaten. Dengan harga
perbiji Rp.2000 penjual sate gajih masih cukup banyak di Sekaten.
3. Telur Merah.
Telur ini cukup melegenda dan ini
merupakan salah satu makanan official dari Sekaten. Telur melambangkan
suatu kelahiran yang disini dimaksudkan untuk kelahiran Nabi Muhammad
SAW.
4. Nasi Gurih (Nasi Uduk)
Nasi Gurih ini hanya ditemui di sisi
kanan (barat) dari perayaan sekaten di sekitar masjid. Seperti banyak
perayaan lainnya di Yogyakarta, Nasi Gurih juga selalu hadir di perayaan
sekaten dengan banyak lauk yang bisa dipilih sendiri. Standarnya nasi
gurih ini dihidangkan dengan kacang goreng, kacang kedelai yang digoreng
garing dicampur ebi, ketimun, kol, suwiran ayam yang dimasak santan dan
telur dadar yang diiris tipis yang disajikan dalam pincuk daun pisang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar